Ayat ini merupakan pertanyaan retoris yang mengecam kekikiran Ahli
Kitab (khususnya orang Yahudi), yang pelit dalam membagi kekuasaan
atau karunia, bahkan sekecil apa pun.
I. Bagian Pertama:
Pertanyaan Mengecam dan Status Kekuasaan
Kata
|
I'rāb (Kedudukan
Gramatikal)
|
Keterangan/Status
|
أَمْ
(Am)
|
Harf 'Aṭf
(Huruf Penghubung)
|
Digunakan dalam
Istifhām Inkārī (pertanyaan retoris) yang bermakna
pencelaan. Memotong kalimat sebelumnya (sebagai
kelanjutan kecaman).
|
لَهُمْ
(Lahum)
|
Jārr wa Majrūr
|
Khabar Muqaddam
(Predikat yang didahulukan) pada posisi raf'.
|
نَصِيبٌ
(Naṣībun)
|
Mubtada' Mu'akhkhar
(Subjek yang diakhirkan)
|
Marfū'
(berharakat ḍammah).
|
مِّنَ
الْمُلْكِ (Mina al-mulki)
|
Jārr wa Majrūr
|
Na'at (Sifat)
untuk Naṣībun.
|
🔑 Poin Utama I'rāb
Ayat
Gaya Bahasa Istifhām Inkārī (Am):
Ayat dibuka dengan أَمْ
(Ataukah). Ini adalah huruf yang digunakan untuk
melanjutkan pertanyaan retoris yang bermakna pengingkaran
dan pencelaan terhadap klaim atau harapan yang tidak
berdasar. Artinya, Ahli Kitab (yang dikutuk di ayat 52) pasti tidak
memiliki bagian kekuasaan atau karunia ilahi.
Struktur Khabar Muqaddam: Frasa لَهُمْ
نَصِيبٌ (bagi mereka ada bagian) adalah
contoh di mana Khabar (Jārr wa Majrūr: Lahum)
didahulukan di depan Mubtada' (Nakirah: Naṣībun).
Fā' Iḏan: فَإِذًا
(maka kalau begitu) berfungsi sebagai respons
terhadap hipotesis yang ditanyakan oleh Am (seandainya
mereka punya kekuasaan). Iḏan menunjukkan bahwa
konsekuensi dari kepemilikan kekuasaan oleh mereka adalah
kekikiran yang ekstrem (لَّا
يُؤْتُونَ النَّاسَ نَقِيرًا).
Kata Kerja Dua Objek (Yū'tūna): Kata
kerja يُؤْتُونَ
(memberi) adalah Fi'l yang menuntut dua objek:
Ayat ini menyiratkan bahwa sifat kikir dan pelit mereka tidak hanya
terbatas pada harta, tetapi juga pada penyebaran hidayah, karunia
kenabian, dan kekuasaan—sifat yang sangat kontras dengan ajaran
Islam.